Kamis, 22 November 2018

Doa Nabi Ibrahim Dan Keutamaannya




Doa Nabi Ibrahim selalu di kabulkan Allah. Salah satu bukti doa Nabi Ibrahim dikabulkan Allah dapat kita lihat sampai dengan hari ini tatkala kita berkunjung ke kota Mekah. Kota ini adalah sebuah kota yang tercatat dalam sejarah sebagai awal peradaban manusia. Di sanalah dahulunya Nabi Adam AS dan Siti Hawa membangun keluarga sakinah, sekaligus membangun peradaban.

Mekah adalah sebuah kota yang aman, damai dan rakyatnya sejahtera dengan rezeki yang melimpah. Benarlah firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 125 yang artinya, “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”. 

Dan (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang kafir pun akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. Maha benar Allah dengan segala firman-Nya.

Beberapa Keutamaan Nabi Ibrahim


1) Nabi Ibrahim as termasuk salah seorang nabi-nabi besar Ilahi. Beliau as adalah salah seorang pemuka penyeru tauhid sepanjang sejarah dan merupakan bapak dari banyak para nabi.

Beliau as diutus ketika umat berada dalam penyembahan berhala, menghambakan diri kepada berbagai patung dan menghormatinya. Beliau as berdialog dengan umat dan menjelaskan ketidakbergunaan dan kehampaan berhala-berhala tersebut kepada mereka. 

Di hadapan ucapan-ucapan penuh hikmah dan argumentasi nabi Ibrahim as mereka mengatakan: “Sebenarnya Kami mendapati nenek moyang kami berbuat demikian.”

Nabi Ibrahim as berkata: “Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, (yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”

Kemudian nabi Ibrahim as menengadahkan tangannya dan berdoa:

“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.”

2) Panutan dan teladan berperan vital dalam membangun atau menghancurkan kepribadian manusia. Al-Qur’an yang adalah kitab pembangun dan pendidik manusia menaruh atensi besarnya terhadap kepentingan ini. Mengingat manusia-manusia agung seperti para nabi dan pribadi-pribadi positif lain, dan juga mengingat individu-individu sesat dan berakhiran buruk dengan tujuan mengambil pelajaran dan teladan diserukan di dalam al-Qur’an Karim.

Kata uswah atau panutan digunakan sebanyak tiga kali di dalam al-Qur’an Majid: Satu kali digunakan berkenaan dengan Nabi Islam Muhammad saw,sekali dalam kasus nabi Ibrahim as dan kaum Mukminin yang bersama beliau,[6] dan kali ketiga berhubungan dengan para pengikut nabi Ibrahim as.

Allah swt di dalam al-Qur’an Karim berfirman: “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya: Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan (Allah).”

Doa nabi Ibrahim as dan para pengikut beliau adalah sebagai berikut:

“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali, Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Imam Ja’far Shadiq as dalam penafsiran ayat berkata: “Pada masa dahulu kaum beriman adalah orang-orang yang fakir (dan berada di bawah tekanan, gangguan dan siksaan kaum kafir) sementara kaum kafir adalah orang-orang yang kaya raya, sehingga nabi Ibrahim as dating dan berdoa seperti ini: Ketika itulah Allah swt menjadikan kekayaan dan kefakiran di kalangan kaum Mukminin dan kaum kafirin.”

3) Dialog dan percakapan nabi Ibrahim as dengan para penyembah berhala tidak membawa hasil, karena apapun yang dikatakan oleh nabi Ibrahim as kepada mereka justeru menambah kesesatan dan kekerasan kepala dalam diri mereka.

Nabi Ibrahim as berkata kepada diri sendiri: Mungkin dengan menjalankan sebuah “adegan” dapat menyadarkan mereka. Pada suatu hari raya di mana seluruh penduduk pergi ke luar kota dan menikmati masa liburan dan bersenang-senang, nabi Ibrahim as masuk ke dalam rumah berhala, beliau mengambil kapak, menghancurkan seluruh berhala dan hanya membiarkan berhala paling besar tersisa. Beliau as meletakkan kapak di atas pundak berhala besar tersebut dan keluar dari tempat penyembahan berhala itu. Penduduk kota yang kembali dari bersenang-senang mendatangi berhal-berhala mereka dan menemukannya dalam kondisi hancur. Dengan melacak dan meneliti akhirnya mereka mengetahui bahwa pekerjaan tersebut adalah pekerjaan nabi Ibrahim as.

Mereka menginterogasi nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as dalam menjawab mereka mengatakan: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.”

Nabi Ibrahim mengatakan demikian dengan tujuan bahwa mungkin mereka menyadari dan melihat bahwa patung tidak dapat berkata, tidak memiliki pemahaman dan perasaan, tidak mampu menjauhkan bahaya dari diri sendiri dan membahayakan yang lain, bagaimana dapat menjadi tuhan alam semesta?

Akan tetapi pentas ini pun tidak membuka benak mereka yang tertutup dan mereka tetap memilih mengikuti secara membabi buta nenek moyang mereka yang bodoh dari pada berpikir dan merenung.
Dari situ, mereka menyalakan api besar dan melemparkan nabi Ibrahim ke dalamnya. Namun kehendak Allah swt berkata lain sehingga nabi Ibrahim as selamat darinya; karena dari tugas beliau as untuk memberikan hidayat dan bimbingan kepada umat serta membangun Ka’bah belum terlaksana ketika itu.

Ketika nabi Ibrahim as melihat tabligh dan dakwah beliau tidak membawa hasil di wilayah tersebut, pergi dari tengah-tengah mereka dan berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.Maka ketika itu beliau as menuju tanah Palestina.

Nabi Ibrahim as setelah bertahun-tahun menikah dan hingga mencapai usia lanjut masih belum dikarunia seorang anak, mengangkat tangan berdoa dan mengatakan:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh.”

Allah swt pun memberikan berita gembira kepada beliau as bahwa doanya terkabulkan dan seorang putera yang sabar akan dianugerahkan kepada beliau as dan nabi Ismail as akan terlahir dengan segera.

4) Setelah nabi Ibrahim as hijrah ke tanah Palestina, Allah swt menganugerahkan nabi Ismail as kepada beliau as dan Hajar, namun karena desakan Sarah beliau as terpaksa membawa nabi Ismail dan ibunya, Hajar ke tempat lain. Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismail pergi sehingga sampai di Mekah dan dengan petunjuk Jibril berhenti di sana. Nabi Ibrahim as membangun sebuah tenda dan memberikan naungan kepada keluarga di dalamnya sementara beliau as sendiri kembali ke tanah Palestina.

Kehendak Ilahi menginginkan supaya Ibrahim as juga memiliki putera dari Sarah.

Maka Sarah mengandung nabi Ishaq. Nabi Ismail dan ibunya berada di Mekah sementara nabi Ishaq dan ibunya di tanah Palestina dan nabi Ibrahim as pun pulang pergi di antara keduanya. Tanah Palestina sebuah tempat berhawa dan udara baik serta bertanah subur. Namun di Mekah tidak terdapat air, tumbuhan, pepohonan dan pula tanah yang datar.

Nabi Ibrahim as yang dengan perintah Ilahi meninggalkan keluarga di tempat pegunungan, kering tanpa air dan tumbuhan, merasa iba dan kondisi beliau berubah kemudian menengadahkan tangan berdoa dan berkata:

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barang siapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).”

5) Pemilihan Mekah sebagai tempat tinggal nabi Ismail dan Hajar dengan perintah Allah swt dan nabi Ibrahim rela dengan tempat tinggal tersebut. Namun Mekah bukanlah tempat subur dan buah dan biji-bijian tidak dapat diproduksi dari sana. Inilah rahasia kenapa nabi Ibrahim as berdoa pula dan mengatakan:

“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”
Allah swt pun memberikan jawaban positif kepada nabi Ibrahim as dan berfirman: “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.”

Imam Baqir as berkata: “Karena efek doa inilah buah-buahan dibawa ke Mekah dari tempat-tempat lain.”

6) Nabi Ismail as tumbuh dan besar di Mekah, dan nabi Ibrahim as selalu pulang pergi antara Mekah dan Palestina. Baitullah Ka’bah menjadi rumah ibadah pertama di muka bumi dan sejak dahulu kala adalah tempat penyembahan Allah swt, doa dan munajat kepada-Nya. Namun telah lama rusak dan dilalaikan. Nabi Ibrahim as ditugaskan memperbaharui pembangunan Ka’bah dan merehapnya kembali dengan perintah Ilahi. Beliau as dengan bantuan nabi Ismail as menjalankan tugas tersebut. Pondasi-pondasi dan dinding-dindingnya meninggi dan telah siap menjadi rumah Allah (baitullah) bagi orang-orang yang bertawaf dan beribadah kepada Allah swt.
Nabi Ibrahim dan Ismail mengangkat tangan berdoa:

“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Doa Nabi Ibrahim
Doa-doa yang dapat dibaca untuk mendapat anak yang saleh terdapat dalam Al-Quran, di antaranya sebagai berikut:

Rabbana hablana min azwajina wa zurriyatina qurrata a’yunin, waj’alna lil muttaqiina imaama.

Artinya: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74)

Doa Nabi Ibrahim a.s. ketika belum punya anak:

Rabbi hablii min ash-shalihiin.

Artinya: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. (As-Shaffat: 100)

Istrinya, Sarah, adalah seorang yang mandul dan usianya sudah lanjut. Berkat doa di atas, Nabi Ibrahim a.s. dianugerai Ismail a.s. (dari istrinya Hajar) dan Ishak a.s. (dari istrinya Sarah).
Ibadah apa untuk melengkapi doa tersebut? Perbanyak ibadah sunat, khususnya shalat malam menjelang subuh. Semoga Allah menganugerahi Anda anak-anak yang saleh. Amin. Wallahu Ta’ala a’lam.

Berikut ini akan dipaparkan sedikit dari do’a nabi Ibrahim yang telah diberitakan Allah dalam kalamNya yang mulia. Allah berfirman :

DOA PERTAMA, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS : Al-Baqarah : 127)”

Ayat ini berkaitan dengan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim untuk membangun Baitullah (Ka’bah) bersama dengan Nabi Isma’il. Hal ini merupakan keutamaan mereka berdua karena telah membina Baitullah. Kemudian, ketika mereka berdua mengangkat dasar-dasar Baitullah tersebut, mereka berdo’a “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Lihatlah bagaimana tawadhu’, rasa takut dan harap bersatu dengan seimbang dalam pribadi Nabi Ibrahim. Membangun Baitullah (rumah Allah) adalah suatu ibadah yang sangat agung, yang tidak akan Allah perintahkan melainkan pada hambaNya yang terpilih. Namun demikian, Nabi Ibrahim tetap berdoa agar Allah menerima ibadahnya karena yang penting dari suatu amal adalah diterimanya amal itu sendiri.

Setinggi apapun derajat seseorang, niscaya ia selalu membutuhkan Tuhannya agar Dia menerima amal ibadahnya. Lihatlah Nabi Ibrahim, seorang Khalilurrahman masih berdoa pada Allah agar amalnya diterima. Doa ini dapat melenyapkan sikap ujub dan takabbur dalam jiwa, sebab tidaklah suatu amal dilakukan dan suatu kejadian menimpa diri kita melainkan atas kehendak Allah.

Tidak boleh kita mengatakan “Aku yang berusaha, aku yang melakukan, aku yang menjadikanku berhasil”. Janganlah membuat diri kita seperti Qarun yang dengan sombong berkata “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (QS : Al-Qashash : 79).

Sebagian orang, ketika ditanyai bagaimana ia bisa meraih kesuksesannya, atau bagaimana bisa memperoleh semua kekayaannya, ia akan berkata “Ini semua adalah hasil jerih payah yang telah kulakukan.” Namun, ketika musibah menimpa dirinya, ketika sakit mendera, ketika kegagalan datang, lalu ditanya bagaimana ia bisa menjadi seperti ini, ia lalu berkata “Yah, sudah takdir Allah, kalau Allah berkehendak mau bagaimana lagi?”.

Mengapa ketika suatu musibah menimpa, kita lalu mengaitkannya pada takdir Allah, namun ketika kesenangan dan kesuksesan datang, kita seakan lupa padaNya dan hanya mengaitkan keberhasilan pada diri kita sendiri?

Inilah nabi Ibrahim, dengan segala keteladanannya yang diliputi sikap tawadhu’, khauf (takut) dan raja’ (harap) pada Rabbul ‘Alamin. Sesungguhnya inilah contoh nyata sikap yang sesuai dengan firman Allah : “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” (QS : Al-Mu’minun:60)

‘Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah tentang tafsir ayat ini. Beliau bertanya, “Apakah mereka orang-orang yang meminum khamar dan pencuri?” Nabi menjawab, “Tidak, wahai ‘Aisyah. Bahkan mereka adalah orang-orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah namun mereka takut amal kebaikannya tidak diterima. Mereka itu termasuk orang-orang yang bersegera melakukan kebaikan.”

Rasulullah Muhammad Shallallhu ‘alaihi wa sallam juga telah mencontohkan hal ini dalam salah satu sunnahnya ketika dzikir selesai shalat fardhu. Istighfar sebanyak tiga kali sebagai salah satu dzikir dimana kita memohon ampunan pada Allah atas ketidaksempurnaan ibadah yang telah dilakukan. Sungguh pada diri mereka telah terdapat suri tauladan yang baik.

DOA KEDUA, Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS : Ibrahim : 35)

Lihatlah doa yang agung ini. Seorang Nabi Ibrahim yang telah Allah jamin sebagai orang yang tidak mempersekutukan Allah masih meminta perlindungan dari perbuatan syirik. Inilah sikap yang benar dari orang yang mengenal dengan baik Tuhannya. Dalam doa ini Nabi Ibrahim meminta perlindungan dari syirik yang benar-benar terlihat zhahirnya, yaitu dari menyembah berhala. Padahal, pada ayat selanjutnya Nabi Ibrahim mengetahui bahwa berhala itu telah menyesatkan manusia. “Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia,…” (QS : Ibrahim : 36).

Jika saja seorang Nabi Ibrahim begitu takutnya pada kesyirikan, lalu bagaimana dengan kita, hamba lemah, faqir, dan tentu bukan siapa-siapa jika dibandingkan dengan Khalilurrahman. Oleh karena itu Ibrahim at Taimi mengatakan, “Siapakah yang merasa aman dari tertimpa musibah kesyirikan setelah Ibrahim ‘alaihis salaam?!”(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim). Tidak ada yang merasa aman terjerumus dalam kesyirikan kecuali orang yang bodoh dalam memahami tauhid dan tidak mengerti larangan dari berbuat syirik. Karena itu sungguh salah besarlah orang yang menganggap sepele dakwah kepada tauhid. Mereka lebih mementingkan dakwah untuk perbaikan akhlak, penyucian jiwa (tazkiyatun nufus), atau dakwah politik daripada dakwah pada tauhid. Padahal akhlak paling besar adalah akhlak seorang hamba kepada Rabbnya dengan tidak menyekutukannya. Padahal tazkiyatun nufus paling utama adalah menyucikan jiwa dari noda noda kesyirikan. Padahal dakwah paling besar dan paling agung adalah dakwah pada tauhid. Allah berfirman :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut”. [An-Nahl : 36].
Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa bermanfaat bagi kita semua.