Doa Nabi Ibrahim selalu di kabulkan Allah. Salah satu bukti
doa Nabi Ibrahim dikabulkan Allah dapat kita lihat sampai dengan hari ini
tatkala kita berkunjung ke kota Mekah. Kota ini adalah sebuah kota yang
tercatat dalam sejarah sebagai awal peradaban manusia. Di sanalah dahulunya
Nabi Adam AS dan Siti Hawa membangun keluarga sakinah, sekaligus membangun
peradaban.
Mekah adalah sebuah kota yang aman, damai dan rakyatnya
sejahtera dengan rezeki yang melimpah. Benarlah firman Allah dalam surat Al
Baqarah ayat 125 yang artinya, “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa, “Ya
Tuhanku, jadikanlah (negeri Mekah) ini negeri yang aman dan berilah rezeki
berupa buah-buahan kepada penduduknya, yaitu di antara mereka yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian”.
Dan (Allah) berfirman, “Dan kepada orang yang
kafir pun akan Aku beri kesenangan sementara, kemudian akan Aku paksa dia ke
dalam azab neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. Maha benar Allah
dengan segala firman-Nya.
Beberapa Keutamaan Nabi Ibrahim
1) Nabi Ibrahim as termasuk salah seorang nabi-nabi besar
Ilahi. Beliau as adalah salah seorang pemuka penyeru tauhid sepanjang sejarah
dan merupakan bapak dari banyak para nabi.
Beliau as diutus ketika umat berada dalam penyembahan
berhala, menghambakan diri kepada berbagai patung dan menghormatinya. Beliau as
berdialog dengan umat dan menjelaskan ketidakbergunaan dan kehampaan
berhala-berhala tersebut kepada mereka.
Di hadapan ucapan-ucapan penuh hikmah
dan argumentasi nabi Ibrahim as mereka mengatakan: “Sebenarnya Kami mendapati
nenek moyang kami berbuat demikian.”
Nabi Ibrahim as berkata: “Karena sesungguhnya apa yang kamu
sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, (yaitu Tuhan) Yang telah
menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi
makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,
dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang
amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat.”
Kemudian nabi Ibrahim as menengadahkan tangannya dan berdoa:
“Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku
ke dalam golongan orang-orang yang saleh, dan jadikanlah aku buah tutur yang
baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk
orang-orang yang memusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapakku,
karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan
janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan.”
2) Panutan dan teladan berperan vital dalam membangun atau
menghancurkan kepribadian manusia. Al-Qur’an yang adalah kitab pembangun dan
pendidik manusia menaruh atensi besarnya terhadap kepentingan ini. Mengingat
manusia-manusia agung seperti para nabi dan pribadi-pribadi positif lain, dan
juga mengingat individu-individu sesat dan berakhiran buruk dengan tujuan
mengambil pelajaran dan teladan diserukan di dalam al-Qur’an Karim.
Kata uswah atau panutan digunakan sebanyak tiga kali di
dalam al-Qur’an Majid: Satu kali digunakan berkenaan dengan Nabi Islam Muhammad
saw,sekali dalam kasus nabi Ibrahim as dan kaum Mukminin yang bersama
beliau,[6] dan kali ketiga berhubungan dengan para pengikut nabi Ibrahim as.
Allah swt di dalam al-Qur’an Karim berfirman: “Sesungguhnya
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: Sesungguhnya kami
berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja. Kecuali
perkataan Ibrahim kepada bapaknya: Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan
bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatu pun dari kamu (siksaan (Allah).”
Doa nabi Ibrahim as dan para pengikut beliau adalah sebagai
berikut:
“Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan
hanya kepada Engkaulah kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang-orang
kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkau, Engkaulah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Imam Ja’far Shadiq as dalam penafsiran ayat berkata: “Pada
masa dahulu kaum beriman adalah orang-orang yang fakir (dan berada di bawah
tekanan, gangguan dan siksaan kaum kafir) sementara kaum kafir adalah
orang-orang yang kaya raya, sehingga nabi Ibrahim as dating dan berdoa seperti
ini: Ketika itulah Allah swt menjadikan kekayaan dan kefakiran di kalangan kaum
Mukminin dan kaum kafirin.”
3) Dialog dan percakapan nabi Ibrahim as dengan para
penyembah berhala tidak membawa hasil, karena apapun yang dikatakan oleh nabi
Ibrahim as kepada mereka justeru menambah kesesatan dan kekerasan kepala dalam
diri mereka.
Nabi Ibrahim as berkata kepada diri sendiri: Mungkin dengan
menjalankan sebuah “adegan” dapat menyadarkan mereka. Pada suatu hari raya di
mana seluruh penduduk pergi ke luar kota dan menikmati masa liburan dan
bersenang-senang, nabi Ibrahim as masuk ke dalam rumah berhala, beliau
mengambil kapak, menghancurkan seluruh berhala dan hanya membiarkan berhala
paling besar tersisa. Beliau as meletakkan kapak di atas pundak berhala besar
tersebut dan keluar dari tempat penyembahan berhala itu. Penduduk kota yang
kembali dari bersenang-senang mendatangi berhal-berhala mereka dan menemukannya
dalam kondisi hancur. Dengan melacak dan meneliti akhirnya mereka mengetahui
bahwa pekerjaan tersebut adalah pekerjaan nabi Ibrahim as.
Mereka menginterogasi nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim as dalam
menjawab mereka mengatakan: “Sebenarnya patung yang besar itulah yang
melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat
berbicara.”
Nabi Ibrahim mengatakan demikian dengan tujuan bahwa mungkin
mereka menyadari dan melihat bahwa patung tidak dapat berkata, tidak memiliki
pemahaman dan perasaan, tidak mampu menjauhkan bahaya dari diri sendiri dan
membahayakan yang lain, bagaimana dapat menjadi tuhan alam semesta?
Akan tetapi pentas ini pun tidak membuka benak mereka yang
tertutup dan mereka tetap memilih mengikuti secara membabi buta nenek moyang
mereka yang bodoh dari pada berpikir dan merenung.
Dari situ, mereka menyalakan api besar dan melemparkan nabi
Ibrahim ke dalamnya. Namun kehendak Allah swt berkata lain sehingga nabi
Ibrahim as selamat darinya; karena dari tugas beliau as untuk memberikan
hidayat dan bimbingan kepada umat serta membangun Ka’bah belum terlaksana
ketika itu.
Ketika nabi Ibrahim as melihat tabligh dan dakwah beliau
tidak membawa hasil di wilayah tersebut, pergi dari tengah-tengah mereka dan
berkata: “Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi
petunjuk kepadaku”.Maka ketika itu beliau as menuju tanah Palestina.
Nabi Ibrahim as setelah bertahun-tahun menikah dan hingga
mencapai usia lanjut masih belum dikarunia seorang anak, mengangkat tangan
berdoa dan mengatakan:
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang
termasuk orang-orang yang saleh.”
Allah swt pun memberikan berita gembira kepada beliau as
bahwa doanya terkabulkan dan seorang putera yang sabar akan dianugerahkan
kepada beliau as dan nabi Ismail as akan terlahir dengan segera.
4) Setelah nabi Ibrahim as hijrah ke tanah Palestina, Allah
swt menganugerahkan nabi Ismail as kepada beliau as dan Hajar, namun karena
desakan Sarah beliau as terpaksa membawa nabi Ismail dan ibunya, Hajar ke
tempat lain. Nabi Ibrahim, Hajar dan Ismail pergi sehingga sampai di Mekah dan
dengan petunjuk Jibril berhenti di sana. Nabi Ibrahim as membangun sebuah tenda
dan memberikan naungan kepada keluarga di dalamnya sementara beliau as sendiri
kembali ke tanah Palestina.
Kehendak Ilahi menginginkan supaya Ibrahim as juga memiliki
putera dari Sarah.
Maka Sarah mengandung nabi Ishaq. Nabi Ismail dan ibunya
berada di Mekah sementara nabi Ishaq dan ibunya di tanah Palestina dan nabi
Ibrahim as pun pulang pergi di antara keduanya. Tanah Palestina sebuah tempat
berhawa dan udara baik serta bertanah subur. Namun di Mekah tidak terdapat air,
tumbuhan, pepohonan dan pula tanah yang datar.
Nabi Ibrahim as yang dengan perintah Ilahi meninggalkan
keluarga di tempat pegunungan, kering tanpa air dan tumbuhan, merasa iba dan
kondisi beliau berubah kemudian menengadahkan tangan berdoa dan berkata:
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: Ya Tuhanku, jadikanlah
negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku
daripada menyembah berhala-berhala. Ya Tuhan-ku, sesungguhnya berhala-berhala
itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia, maka barang siapa yang
mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa
yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian
keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau
(Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka
mendirikan salat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka
dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. Ya
Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan apa
yang kami lahirkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah, baik
yang ada di bumi maupun yang ada di langit. Segala puji bagi Allah yang telah
menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku) Ismail dan Ishak. Sesungguhnya
Tuhanku, benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan) doa. Ya Tuhanku,
jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat, ya
Tuhan kami, perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua
ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari
kiamat).”
5) Pemilihan Mekah sebagai tempat tinggal nabi Ismail dan
Hajar dengan perintah Allah swt dan nabi Ibrahim rela dengan tempat tinggal
tersebut. Namun Mekah bukanlah tempat subur dan buah dan biji-bijian tidak
dapat diproduksi dari sana. Inilah rahasia kenapa nabi Ibrahim as berdoa pula
dan mengatakan:
“Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa,
dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di
antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.”
Allah swt pun memberikan jawaban positif kepada nabi Ibrahim
as dan berfirman: “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan
sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah
seburuk-buruk tempat kembali.”
Imam Baqir as berkata: “Karena efek doa inilah buah-buahan
dibawa ke Mekah dari tempat-tempat lain.”
6) Nabi Ismail as tumbuh dan besar di Mekah, dan nabi
Ibrahim as selalu pulang pergi antara Mekah dan Palestina. Baitullah Ka’bah
menjadi rumah ibadah pertama di muka bumi dan sejak dahulu kala adalah tempat
penyembahan Allah swt, doa dan munajat kepada-Nya. Namun telah lama rusak dan
dilalaikan. Nabi Ibrahim as ditugaskan memperbaharui pembangunan Ka’bah dan
merehapnya kembali dengan perintah Ilahi. Beliau as dengan bantuan nabi Ismail
as menjalankan tugas tersebut. Pondasi-pondasi dan dinding-dindingnya meninggi
dan telah siap menjadi rumah Allah (baitullah) bagi orang-orang yang bertawaf
dan beribadah kepada Allah swt.
Nabi Ibrahim dan Ismail mengangkat tangan berdoa:
“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Tuhan kami,
jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah)
di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah
kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah tobat
kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang. Ya
Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al
Kitab (Al Qur'an) dan Al-Hikmah serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah
yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Doa Nabi Ibrahim
Doa-doa yang dapat dibaca untuk mendapat anak yang saleh
terdapat dalam Al-Quran, di antaranya sebagai berikut:
Rabbana hablana min azwajina wa zurriyatina qurrata a’yunin,
waj’alna lil muttaqiina imaama.
Artinya: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami
istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al-Furqan: 74)
Doa Nabi Ibrahim a.s. ketika belum punya anak:
Rabbi hablii min ash-shalihiin.
Artinya: Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak)
yang termasuk orang-orang yang saleh. (As-Shaffat: 100)
Istrinya, Sarah, adalah seorang yang mandul dan usianya
sudah lanjut. Berkat doa di atas, Nabi Ibrahim a.s. dianugerai Ismail a.s.
(dari istrinya Hajar) dan Ishak a.s. (dari istrinya Sarah).
Ibadah apa untuk melengkapi doa tersebut? Perbanyak ibadah
sunat, khususnya shalat malam menjelang subuh. Semoga Allah menganugerahi Anda
anak-anak yang saleh. Amin. Wallahu Ta’ala a’lam.
Berikut ini akan dipaparkan sedikit dari do’a nabi Ibrahim
yang telah diberitakan Allah dalam kalamNya yang mulia. Allah berfirman :
DOA PERTAMA, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan
(membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami
terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS : Al-Baqarah : 127)”
Ayat ini berkaitan dengan perintah Allah kepada Nabi Ibrahim
untuk membangun Baitullah (Ka’bah) bersama dengan Nabi Isma’il. Hal ini
merupakan keutamaan mereka berdua karena telah membina Baitullah. Kemudian,
ketika mereka berdua mengangkat dasar-dasar Baitullah tersebut, mereka berdo’a
“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Lihatlah bagaimana tawadhu’, rasa takut dan harap bersatu
dengan seimbang dalam pribadi Nabi Ibrahim. Membangun Baitullah (rumah Allah)
adalah suatu ibadah yang sangat agung, yang tidak akan Allah perintahkan melainkan
pada hambaNya yang terpilih. Namun demikian, Nabi Ibrahim tetap berdoa agar
Allah menerima ibadahnya karena yang penting dari suatu amal adalah diterimanya
amal itu sendiri.
Setinggi apapun derajat seseorang, niscaya ia selalu
membutuhkan Tuhannya agar Dia menerima amal ibadahnya. Lihatlah Nabi Ibrahim,
seorang Khalilurrahman masih berdoa pada Allah agar amalnya diterima. Doa ini
dapat melenyapkan sikap ujub dan takabbur dalam jiwa, sebab tidaklah suatu amal
dilakukan dan suatu kejadian menimpa diri kita melainkan atas kehendak Allah.
Tidak boleh kita mengatakan “Aku yang berusaha, aku yang
melakukan, aku yang menjadikanku berhasil”. Janganlah membuat diri kita seperti
Qarun yang dengan sombong berkata “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu,
karena ilmu yang ada padaku.” (QS : Al-Qashash : 79).
Sebagian orang, ketika ditanyai bagaimana ia bisa meraih
kesuksesannya, atau bagaimana bisa memperoleh semua kekayaannya, ia akan
berkata “Ini semua adalah hasil jerih payah yang telah kulakukan.” Namun, ketika
musibah menimpa dirinya, ketika sakit mendera, ketika kegagalan datang, lalu
ditanya bagaimana ia bisa menjadi seperti ini, ia lalu berkata “Yah, sudah
takdir Allah, kalau Allah berkehendak mau bagaimana lagi?”.
Mengapa ketika suatu musibah menimpa, kita lalu
mengaitkannya pada takdir Allah, namun ketika kesenangan dan kesuksesan datang,
kita seakan lupa padaNya dan hanya mengaitkan keberhasilan pada diri kita
sendiri?
Inilah nabi Ibrahim, dengan segala keteladanannya yang
diliputi sikap tawadhu’, khauf (takut) dan raja’ (harap) pada Rabbul ‘Alamin.
Sesungguhnya inilah contoh nyata sikap yang sesuai dengan firman Allah : “Dan
orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang
takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan
mereka” (QS : Al-Mu’minun:60)
‘Aisyah pernah bertanya kepada Rasulullah tentang tafsir
ayat ini. Beliau bertanya, “Apakah mereka orang-orang yang meminum khamar dan
pencuri?” Nabi menjawab, “Tidak, wahai ‘Aisyah. Bahkan mereka adalah
orang-orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah namun mereka takut amal
kebaikannya tidak diterima. Mereka itu termasuk orang-orang yang bersegera
melakukan kebaikan.”
Rasulullah Muhammad Shallallhu ‘alaihi wa sallam juga telah
mencontohkan hal ini dalam salah satu sunnahnya ketika dzikir selesai shalat
fardhu. Istighfar sebanyak tiga kali sebagai salah satu dzikir dimana kita
memohon ampunan pada Allah atas ketidaksempurnaan ibadah yang telah dilakukan.
Sungguh pada diri mereka telah terdapat suri tauladan yang baik.
DOA KEDUA, Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya
Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku
beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS : Ibrahim : 35)
Lihatlah doa yang agung ini. Seorang Nabi Ibrahim yang telah
Allah jamin sebagai orang yang tidak mempersekutukan Allah masih meminta
perlindungan dari perbuatan syirik. Inilah sikap yang benar dari orang yang
mengenal dengan baik Tuhannya. Dalam doa ini Nabi Ibrahim meminta perlindungan
dari syirik yang benar-benar terlihat zhahirnya, yaitu dari menyembah berhala.
Padahal, pada ayat selanjutnya Nabi Ibrahim mengetahui bahwa berhala itu telah
menyesatkan manusia. “Ya Tuhanku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah
menyesatkan kebanyakan daripada manusia,…” (QS : Ibrahim : 36).
Jika saja seorang Nabi Ibrahim begitu takutnya pada
kesyirikan, lalu bagaimana dengan kita, hamba lemah, faqir, dan tentu bukan
siapa-siapa jika dibandingkan dengan Khalilurrahman. Oleh karena itu Ibrahim at
Taimi mengatakan, “Siapakah yang merasa aman dari tertimpa musibah kesyirikan
setelah Ibrahim ‘alaihis salaam?!”(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi
Hatim). Tidak ada yang merasa aman terjerumus dalam kesyirikan kecuali orang
yang bodoh dalam memahami tauhid dan tidak mengerti larangan dari berbuat
syirik. Karena itu sungguh salah besarlah orang yang menganggap sepele dakwah
kepada tauhid. Mereka lebih mementingkan dakwah untuk perbaikan akhlak,
penyucian jiwa (tazkiyatun nufus), atau dakwah politik daripada dakwah pada
tauhid. Padahal akhlak paling besar adalah akhlak seorang hamba kepada Rabbnya
dengan tidak menyekutukannya. Padahal tazkiyatun nufus paling utama adalah
menyucikan jiwa dari noda noda kesyirikan. Padahal dakwah paling besar dan paling
agung adalah dakwah pada tauhid. Allah berfirman :
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan) : “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut”.
[An-Nahl : 36].
Sekian dulu dari saya,semoga ini bisa bermanfaat bagi kita
semua.